Thursday, June 14, 2012

ASAL MUASAL JENANG KUDUS


Kota Kudus memang mempunyai banyak potensi daerah, salah satunya adalah adanya sejenis panganan ringan yang disebut sebagai Jenang. Dibuat dari adonan yang terbuat dari tepung beras, santan, dan gula jawa. Produsen Jenang di kota Kudus termasuk industri rumah tangga (Home Industry) yang mempunyai prospek yang luar biasa. Daerah yang paling banyak memproduksi jenang adalah Kaliputu.
Di Desa Kaliputu terdapat 48 industri jenang skala besar maupun kecil. Jenang Kudus yang berada di lain desa pun cikal bakal industrinya berangkat dari Desa Kaliputu dan berkembang menjadi yang produsen jenang kudus yang terbesar di kabupaten kudus. Setiap industri jenang di desa tersebut menyerap 15-50 tenaga kerja. Setidaknya ada sekitar 960 warga yang bekerja di sektor industri jenang dari total jumlah penduduk di Desa Kaliputu 2.094 orang.
Ada hal unik mengenai asal muasal Jenang di Kudus ini beberapa sumber menceritakan adanya Tradisi Tebokan. Kirab Tebokan merupakan salah satu bentuk pelestarian tradisi dan sejarah pembuatan jenang. Hal itu tidak terlepas dari kisah Mbah Dempok dan cucunya. Konon, ketika Mbah Dempok Soponyono sedang bermain burung dara di tepi Sungai Kaliputu, cucunya tercebur dan hanyut. Meski tertolong, cucu Mbah Dempok diganggu Banaspati, makhluk halus berambut api. Sunan Kudus menyimpulkan cucu Mbah Dempok telah tiada, tetapi Syekh Jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok mati suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta ibu-ibu membuat jenang bubur gamping. Mitos itulah yang melatarbelakangi berkembangnya industri jenang Kudus. Mitos itu pulalah yang menginspirasi ibu-ibu Desa Kaliputu bekerja di industri jenang kudus.
Kirab Tebokan akan dilakukan terus setiap tahun dengan harapan  generasi berikutnya tidak akan malu bekerja sebagai pembuat jenang serta mau melestarikan makanan khas Kudus itu.
Namun ada cerita lain yang emlatar belakangi adanya jenang di Kudus. Menurut cerita rakyat, jenang kudus lahir ketika Sunan Kudus (salah satu anggota Wali Sanga) menguji kesaktian salah satu muridnya yang bernama Syech Jangkung alias Saridin dengan menyuruhnya memakan bubur gamping di tepi Sungai Gelis di wilayah Desa Kaliputu.
Padahal, gamping adalah salah satu hasil tambang yang sebagian besar mengandung kalsium karbonat dan biasanya dicampur dengan semen untuk digunakan sebagai bahan pembuatan tembok.
Ternyata Saridin tetap segar bugar sehingga Sunan Kudus berucap, ”Suk nek ono rejaning jaman wong Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya lebih kurang, jika suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang.
Memang desa yang terletak di wilayah kecamatan Kota Kudus ini dikenal sebagai cikal bakal dan sekaligus pusat produsen jenang kudus. Sampai sekarang masih banyak warga setempat yang berusaha di bidang ini.

Monday, June 11, 2012

ASAL USUL NAMA "KUDUS"

MASJID MENARA KUDUS
           
           Sejarah Kota Kudus tidak terlepas dari Sunan Kudus. Karena keahlian dan ilmunya, maka Sunan Kudus diberi tugas memimpin para Jamaah Haji, sehingga beliau mendapat gelar “Amir Haji” yang artinya orang yang menguasai urusan para Jama’ah Haji. Beliau pernah menetap di Baitul Maqdis untuk belajar agama Islam. Ketika itu disana sedang berjangkit wabah penyakit, sehingga banyak orang yang mati. Berkat usaha Ja’far Shoddiq, wabah tersebut dapat diberantas. Atas jasa-jasanya, maka Amir di Palestina memberikan hadiah berupa Ijazah Wilayah, yaitu pemberian wewenang menguasai suatu daerah di Palestina. Pemberian wewenang tersebut tertulis pada batu yang ditulis dengan huruf arab kuno, dan sekarang masih utuh terdapat di atas Mihrab Masjid Menara Kudus.
          Sunan Kudus memohon kepada Amir Palestina yang sekaligus sebagai gurunya untuk memindahkan wewenang wilayah tersebut ke pulau Jawa. Permohonan tersebut dapat disetujui dan Ja’far Shoddiq pulang ke Jawa. Setelah pulang, Ja’far Shoddiq mendirikan Masjid di daerah Kudus pada tahun 1956 H atau 1548 M. Semula diberi nama Al Manar atau Masjid Al Aqsho, meniru nama Masjid di Yerussalem yang bernama Masjidil Aqsho. Kota Yerussalem juga disebut Baitul Maqdis atau Al-Quds. Dari kata Al-Quds tersebut kemudian lahir kata Kudus, yang kemudian digunakan untuk nama kota Kudus sekarang. Sebelumnya mungkin bernama Loaram, dan nama ini masih dipakai sebagai nama Desa Loram sampai sekarang. Masjid buatan Sunan Kudus tersebut dikenal dengan nama masjid Menara di Kauman Kulon. Sejak Sunan Kudus bertempat tinggal di daerah itu, jumlah kaum muslimin makin bertambah sehingga daerah disekitar Masjid diberi nama Kauman, yang berarti tempat tinggal kaum muslimin.

Monday, April 30, 2012

KHASIAT MADU

MENGENAL LEBAH PENGHASIL MADU (ternak/liar) 


          Di masyarakat terkenal beberapa jenis madu berdasarkan asal daerah/lokasi diternakkannya lebah, misalnya madu Arab, Madu Kalimantan atau Madu Sumbawa. Padahal mutu dan kualitas madu sangat tergantung pada asal nektar bunga yang dihisap oleh lebah. Sehingga penamaan yang lazim dikenal saat ini adalah bukan hanya lagi dari asal tempat diproduksi seperti yang disebutkan diatas, tetapi dari asal nektar seperti Madu Bunga Randu ( Ceiba petandra ), Madu Bunga Kopi ( Coffea arabica ), Madu Bunga Klengkeng ( Euphoria longana sp ), Madu Bunga Rambutan ( Nephelium lappaceum ), Madu Aneka jenis bunga ( Mix Flower ), Madu Bunga Durian ( Durio sp ), Madu Bunga Kelapa ( Cocos nucifera ), dsb. Masing-masing madu dari aneka jenis tumbuhan ini memiliki aroma yang khas dan khasiat yang berbeda-beda. Madu terbaik adalah yang paling jernih, putih dan tidak tajam serta yang paling manis. Madu yang diambil dari daerah gunung dan pepohonan liar memiliki keutamaan tersendiri daripada yang diambil dari sarang biasa, dan itu tergantung pada tempat para lebah berburu makanannya


LEBAH JAWA (Apis cerana indica)
 
          Apis cerana, or the Asiatic honey bee (or the Eastern honey bee), are small honey bees of southern and southeastern Asia, including all the countries of the Himalayan region (Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, China, India, Myanmar, Nepal, Pakistan) as well as Indonesia, Japan, Malaysia, Papua New Guinea, Thailand, and Vietnam, and probably other countries. This species is also known as the Himalayan hive honeybee. This species is the sister species of Apis koschevnikovi, and both are in the same subgenus as the Western (European) honey bee, Apis mellifera.
It is still found in the wild, where it nests in tree holes, fallen logs, and crevices, but it is also one of the few bee species that can be domesticated. Like the Western honey bee, they are domesticated and used in apiculture, mostly in wooden boxes with fixed frames. Their size is similar or somewhat smaller than Apis mellifera, and they also have a more prominent abdominal stripes. Their honey yield is smaller, because they form smaller colonies. In folk medicine, theirbeeswax is used to treat and heal wounds.
 

LEBAH KLANCENG (Apis Trigona)
 
          Bibit klanceng  dapat dicari di hutan-hutan sekitar tempat tinggalnya. Namun Petani yang sudah sudah mahir bisa memperbanyak. Dengan memecah koloni yang sudah besar. Kotak-kotak klanceng yang dibuat dari potongan bambu, potongan kayu yang dilubangi, atau akar pohon yang besar dan berlubang. Semuanya dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan lubang-lubang alamiah kayu/bambu di hutan yang disukai lebah klanceng. Untuk pengambilan madunya, masih banyak kesulitan dan hingga kini belum ada cara yang praktis serta higienis. Biasanya dengan cara memilih sisir yang berisi madu lalu dikeluarkan dengan cara memeras. Dengan demikian, sebagian larva ada yang mati dan madu masih tercampur sedikit malam maupun tepung sari sehingga terlihat kurang bersih. Jika lebah bersengat untuk membela diri menggunakan menggunakan sengatnya, klanceng hanya menggunakan cairan perekat (semacam lem) sebagai senjatanya. Sasaran perekat itu adalah mata orang yang mengganggunya.


          Klanceng seedlings can be searched in the forests around his home. But farmers who already have advanced to reproduce. By splitting large colonies already. Klanceng boxes are made frompieces of bamboo, a hollowed piece of wood, or large tree root sand potholes. Everything is made ​​in such a way that is similar to the natural holes of wood / bamboo in the forest like bees klanceng. For making honey, there are still many difficulties and until now no practical and hygienic manner. Usually by selecting combs containing honey and then removed by squeezing. Thus, most larvae die and there are still mixed a little honey and pollen night so it looks less clean. If the sting less bees use to defend themselves using a sting, klanceng only use liquid adhesive (like glue) as a weapon. Adhesive targets are the eyes of people who bother him.

 
          Dibanding harga madu madu lebah lain, madu lebah klanceng/lanceng (Apis trigona) harganya jauh lebih mahal. Namun demikian, madu hasil produksi lebah yang tidak bersengat itu tetap diburu para penggemarnya karena khasiat dan kandungan zat-zat yang dimilinya. Madu klanceng ini tersusun dari beberapa molekul gula, mineral, vitamin, protein dan asam amino. Memiliki Kandungan Vitamin : Thiamin (B1), Riboflavin (B2), (B3),  Asam Askorbat (C), (B5), Piridoksin (B6), Niasin, Asam pantotenat, Biotin, Asam folat dan Vitamin K ; Kandungan Mineral: Natrium (Na), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Alumunium (Al), Besi (Fe), Fosfor dan Kalium (K), Potassium, Sodium Klorin, Sulfur; dan  Enzim-enzim utama : Diatase, invertase, glukosa oksidase, fruktosa, peroksidase, lipase Dan juga mengadung sejumlah kecil hormon, tembaga, iodium dan zinc dengan kesimpulan hampir semua mengandung yang di butuhkan oleh tubuh kita. Dapat menyatu dengan aliran darah hanya dalam waktu  7 menit. Madu jenis ini dapat menurunkan tekanan darah tinggi, diabetes, antikanker, mencerdaskan daya pikir dan lain sebagainya. Dengan rutin minum madu klanceng, badan sehat dan awet muda


          Compared to the price of other honey bee honey, honey bees klanceng / lanceng  (Apis Trigona)  much expensive. However,honey production is not stingless bees were still hunted down his fans because of the properties and content of substances that owned.  Klanceng honey is composed of several molecules of sugar, minerals, vitamins, proteins and amino acids. Have Ingredients Vitamins: Thiamin (B1), Riboflavin (B2),(B3), ascorbic acid (C), (B5),  pyridoxine (B6), Niacin,Pantothenic Acid, Biotin, Folic Acid and Vitamin K;  Gynecology Minerals: Sodium (Na), Calcium (Ca), Magnesium (Mg),aluminum (Al), Iron (Fe), Phosphorus and Potassium (K),Potassium, Sodium Chlorine, Sulfur,and key enzymes: Diatase,invertase, glucose oxidase , fructose, peroxidase, lipase, and also contain  a small amount of hormone, copper, iodine and zinc to the conclusion of almost all contain is needed by our body. Can be fused with blood  flow in just 7 minutes. This type of honey can lower high blood pressure, diabetes, anti cancer, intellectual thinking power and so forth. By regularly drinking honey klanceng, we can be healthy  and youthful 

PRODUK UNGGULAN KOTA KUDUS :

MADU KLANCENG ASLI DARI ALAS MURIA
Berasal dari lebah madu Klanceng ( Apis Trigona) Madu yang dikemas higenis dalam botol ukuran 650 ml dan 300 ml ini telah terbukti memiliki manfaat lebih karena dipanen dari alam liar (bukan ternakan). Harga ekonomis hanya Rp 200.000,- untuk ukuran 650 ml dan Rp 100.000,- untuk ukuran 300 ml. (khusus kota kudus, bebas ongkos kirim).




MADU  JAWA
Madu ini berasal dari lebah madu Apis Cerana yang merupakan lebah liar yang hidup di hutan Muria (Kudus). Dikemas hiegenis dalam botol ukuran 165 ml seharga Rp 100.000,- dan ukuran kecil 300 ml seharga Rp 50.000,-




"kini tersedia juga madu ternak dengan harga Rp 60.000,- (165 ml)"


Pemesanan secara on line ke alamat : 
www.rmtbookstore.blogspot.com
email : esti_widiawati@yahoo.com
atau no telp : 085 640 9600 20

Wednesday, November 16, 2011

KUDUS GEOGRAPHIC AREAS



          Most of the northern region there is a mountain (Muria Mountain), with the peak of Mount Sutorenggo (1602 meters), Mount Rahtawu (1522 meters), and Mount Argojembangan (1410meters). Attack is the largest river flowing time in the west,limiting the  District Kudus with District Demak

Boundaries
# North : Regency Jepara and Pati District
# East : Pati District
# South : District Grobogan and Pati
# West : Demak and the district of Jepara Regency  

Distribution Area
           The Holy District is divided into 9 districts, 9 villages, 123villages, 657 RW and 3453 RT. Based on zoning districts:
1. Excl. City: 18 villages, 9 villages
2. Excl. Bae: 10 villages
3. Excl. Jekulo: 12 villages
4. Excl. Dawe: 18 villages
5. Excl. Gebog: 11 villages
6. Excl. Jati: 14 villages
7. Excl. Mejobo: 11 villages
8. Excl. Undaan: 16 villages
9. Excl. Kaliwungu: 15 villages

Topographic Area
District City, Jati, Kaliwungu, Undaan, Mejobo,Jekulo Plain  28863.90 Ha
District Bae wide corrugated  6665.27 Ha
District Gebog and Dawe steep and wide  3047.00 Ha
District Dawe Very Steep  wide  3939.50 Ha
Most of the northern region there is a mountain (Muria Mountain), with the peak of Mount Sutorenggo (1602 meters), Mount Rahtawu (1522 meters), and Mount Argojembangan (1410meters). Attack is the largest river flowing time in the west,limiting the  District Kudus with District Demak